Sejumlah pengusaha Trawangan saat hearing ke DPRD KLU. FOTO ANGGER RICO/GERBANG INDONESIA

Gerbangindonesia, Lombok Utara – Pemutusan pasokan air oleh PT Tiara Cipta Nirwana (TCN) di Gili Trawangan sejak 22 Juni lalu telah berdampak serius pada sektor pariwisata di pulau tersebut. Akibat penghentian distribusi air, banyak pengusaha yang terancam gulung tikar. Menyikapi hal tersebut Gili Hotel Association (GHA) melakukan hearing ke DPRD Lombok Utara, Senin (24/06/2024).

Baca Juga: Ribuan Relawan Siap Menangkan Bang Zul – Abah Uhel

Ketua GHA Lalu Kusnawan mengatakan, pengusaha saat ini tengah kritis ditengah kondisi carut marut menyangkut air. Ia dengan tegas meminta supaya segera dicarikan solusi oleh pemerintah. Pasalnya, dengan tidak adanya air sebagai kebutuhan dasar banyak tamu yang notabene wisatawan asing komplain ke manajemen hotel, demikian pula tamu yang sudah booking meminta refund.

“Kami meminta kepada dewan sebagai wakil rakyat untuk mencari solusinya, dan kami tidak akan pulang sebelum ada solusinya. Kami berbisnis bukan semata-mata untuk mencari uang, karena banyak karyawan yang kami hidupi,” ujarnya.

Jika pasokan air tidak kembali normal hingga besok pagi, pengusaha sepakat untuk menghentikan operasional dan meminta tamu-tamu mereka untuk check out dan kembali ke Bali. Sebab kondisi air yang tidak ada ini menjadi persoalan utama di pulau tersebut, pun sudah menjadi isu internasional. Pariwisata Trawangan menjadi taruhan, sehingga pemerintah harus segera mencari solusi.

“Apalagi menyangkut kerugian bisa dikalikan sendiri 3,5 juta dikali 2.500 pengunjung itu hitungan minimal, jadi kalau untuk kerugian sudah tidak bisa dibayangkan,” jelasnya.

Sementara itu, Elva seorang manajer hotel di Gili Trawangan, mengungkapkan bahwa sekitar 100 karyawan telah dirumahkan karena perusahaan tempat mereka bekerja tidak dapat beroperasi. Restoran adalah yang paling merasakan dampak dari penghentian pasokan air, dengan banyak yang terpaksa menutup operasionalnya. Hingga kini belum ada kompensasi yang diberikan kepada para karyawan yang dirumahkan dan mayoritas dari mereka berasal dari Lombok.

“Beberapa perusahaan telah memutuskan untuk tidak beroperasi sejak kemarin, sehingga sebagian karyawan mau tidak mau harus dirumahkan,” katanya.

“Jika restoran saya tutup kerugian bisa mencapai Rp 100 juta per hari. Sejauh ini sekitar 10 restoran telah tutup, sementara hotel-hotel masih dapat beroperasi karena memiliki tandon air,” katanya.

Ketua DPRD Lombok Utara Artadi menyatakan, situasi ini sebagai kondisi darurat. Pihaknya di DPR mendesak supaya PDAM melakukan komunikasi dengan PT TCN agar membuka kembali pasokan air. Ia menilai kondisi pariwisata dunia Trawangan menjadi hancur karena isu air tersebut, jangan sampai hal ini justru berimbas pada pendapatan daerah.

“Kita meminta hasil rapat kali ini disampaikan kepada Dirut PDAM untuk berkomunikasi dengan PT TCN agar membuka kembali pasokan air. Ini sangat mengkhawatirkan karena pariwisata kita akan hancur jika tidak ada air,” ucapnya.

Baca Juga: PLN Icon Plus dan Pemprov NTB Bersinergi Wujudkan Bumi Gora Menuju Green & Smart Productivity

“Yang penting sekarang air ini bisa dibuka dulu. Berkaitan dengan proses perizinan dan kerjasama, itu nanti kita akan dalami lebih lanjut,” imbuhnya.(iko)

Editor: Lalu Habib Fadli

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here