GerbangIndonesia, Mataram – Wanita ini menemukan hidayah Islam di negara sejauh 11.853 kilometer dari tanah tempat kelahirannya. Ms. Khadijah, demikian sapaan akrabnya. Kepada GerbangIndonesia, mualaf kelahiran Jerman ini tidak sungkan-sungkan menceritakan masa lalunya, sebelum mengenal Tuhan (Allah).


Dia menceritakan, awalnya menemukan Allah (agama Islam, Red) setelah berada di Jakarta, Indonesia, 2017 silam. Awalnya, ia merasa tidak yakin untuk berlabuh di perahu baru ini. Namun setelah mendengar Qs. Ar-Rahman pada suatu ceramah, ia pun akhirnya memutuskan untuk memeluk agama Islam.

“Masya Allah, itu setelah saya mendengar Ar-Rahman, Fabiayyi Ala Irobbikuma Tukadziban. Sebelumnya saya sudah merasa yakin namun belum mantap,” tuturnya dalam acara GI-Show di Studio Gerbang Indonesia, Rabu (16/2).

Menemukan kedamaian dalam agama, ia pun berniat mendalami Islam dengan belajar ke Pondok Pesantren di Pulau Lombok.

“Saya dari dulu ingin ke Lombok, cinta pariwisatanya termasuk gili. Cuma tidak dikasih kesempatan, tetapi setelah saya perbaiki niat untuk belajar agama Islam, masya Allah dimudahkan,” ceritanya dengan mata berkaca-kaca.

Bule berkewarganegaraan dua negara ini melanjutkan, selama memeluk Islam tiga tahun lalu, sangat banyak tantangan yang harus dilaluinya. Terutama harus berjuang melawan ketidakterimaan dari keluarga dan orang-orang terdekat atas pilihannya.

“The biggest challenge is I need to fight the acceptance dari my family, teman-teman dekat. Komunikasi masih baik, tapi jarang dan agak beda saja. Like they told me, ya kamu di situ kami di sini,” paparnya mengingat masa itu.

Kendati demikian, dirinya terus bersabar dan konsisten dalam memeluk agama Islam. Meski banyak tantangan, ia tetap yakin bahwa jalan ini adalah takdir dan yang terbaik diberikan Allah.

“Saya dulu Katolik, dan saya rasa Islam is my continuation dari agama saya. Kelanjutan dari agama saya dan Allah kasih kesempatan di akhir hidup saya ini,” sambungnya.

Selain menemukan kedamian dan ketentraman, Khadijah juga mengatakan agama Islam telah membawa perubahan besar dalam hidupnya. Dirinya menjadi lebih sabar, ikhlas, dan lebih memikirkan orang lain.

“Kalau dulu saya selalu berpikir bagaimana untuk saya, tapi sekarang kebahagiaan dan ketenanga itu simple dengan membantu dan bermanfaat bagi orang lain. Dan itu yang saya pelajari di Islam,” katanya.

“Ya konsisten menjadi mualaf menghadapi tantangan-tantangan yang ada dengan Niat, ikhlas, sabar, tawakal, ikhtiar, dan ikhsan. Taruh Allah di setiap hal, insya Allah,” pungkasnya. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here