Ilustrasi merokok.[Pexels/Megan Forbes]

GerbangIndonesia, Jakarta – Banyak yang masih menganggap bahwa merokok bisa meredakan stres hanyalah mitos. Namun, menurut psikolog Klinis Liza Marielly Djaprie, M.Psi, CH, hal itu ternyata tidak sepenuhnya mitos.

“Apakah rokok meredakan stres itu mitos, sebenarnya tidak juga. Karena sejak kecil kita sudah memiliki program dimana saat tidak nyaman kita mencari kenyamanan melalui aktivitas oral,” jelas Liza, melansir Antara, Sabtu (28/5/2022).

Ketika seseorang masih bayi maka dia akan menangis saat sedang merasa tidak aman. Misalnya saat popok basah, lapar, dan lain sebagainya.

Solusi yang saat itu didapatkan adalah dengan memberikan ASI atau dot bayi agar sang anak kembali tenang.

Baca Juga:Bocoran Spesifikasi dan Tampilan Google Pixel 7 dan 7 Pro

Untuk itu, secara tak langsung seseorang memiliki program di otaknya bahwa aktivitas oral dapat meredakan rasa tidak nyaman. Hal itu dapat terbawa hingga sang anak telah tumbuh dewasa.

“Saat kita sudah dewasa dan kemudian kita lagi stres, penuh tekanan, itu biasanya kita selalu mencoba mencari kenyamanan. Kenyamanannya ke mana? Biasanya balik lagi kita ke fase oral,” kata Liza.

Sehingga aktivitas oral menjadi fokus mencari kenyamanan. Oleh karena itu, ketika seseorang sudah dewasa, merasa stres maka dia akan mencoba untuk mencari kenyamanan melalui aktivitas oral. Hal inilah yang membuat masyarakat berasumsi bahwa rokok dapat meredakan stres.

“Kecenderungan itu memang kita mencari pelampiasan rasa stres kita dengan mencari kenyamanan melalui aktivitas oral. Entah itu merokok, oral seks, atau makan ada yang namanya emotional eating, permen atau segala macam. Itu bisa gitu,” ujar Liza.

Namun demikian, kata Liza, hal tersebut bukanlah menjadi alasan untuk seseorang mencoba merokok. Sebab, hal terbaik untuk mengatasi sebuah masalah atau rasa stres adalah memikirkan jalan keluar dari persoalan tersebut.

Baca Juga:Aniaya 2 Anak Kandung, Ayah Keji Ini Ditangkap Polisi

“Tapi apakah harus rokok? Ya nggak juga. Apakah harus oral? Tentu tidak. Sebenarnya kan ketika kita stres, ketika kita dapat masalah, cara terbaik tentu adalah problem solving. Mencari solusi dari masalah tersebut. Bukan melarikan diri pada hal-hal yang lain,” pungkasnya. (*)

Source: Suara.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here