Masyarakat Desa Pengadangan saat menggelar acara Pesona Budaya Pengadangan V. FOTO SUPARDI/GERBANG INDONESIA

GerbangIndonesia, Lotim – Masyarakat Desa Pengadangan, Kecamatan Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur kembali menggelar event Peson Budaya Pengadangan V adat budaya Be-te-tulaq. Event ini sebelumnya ditiadakan beberapa tahun lantaran Pandemi Covid-19.

Baca Juga: Ternyata Indonesia Awalnya Bersaing dengan Meksiko dan Brazil, ITDC: Ezpeleta Pilih Mandalika

Be-Te-Tulaq sendiri bermakna “Tulak Tipak Siq Skeq Skeq-Ang Siq Lueq, Lueq-Ang Siq Skeq” yang berarti bahwa apa yang diinginkan diperjuangkan di dunia sampai batas kemampuan maka hasil atas segala hajat dan ikhtiar tersebut dikembalikan pada zat yang maha satu yakni Allah SWT.

Ketua Lembaga Adat Pengadangan, H Asipudin menjelaskan Betetulaq berasal dari kata tulaq yang berarti kembali. Kembali kepada Tuhan yang Maha Esa. Budaya ini biasnya dilakukan pasca datangnya sebuah wabah penyakit baik yang menyerang manusia maupun hewan ternak dan bencana alam.

“Jadi betetulaq itu artinya tulaq, Tulaq (kembali, Red) kepada yang Maha Esa, semua yang terjadi kita kembalikan kepada Allah SWT,” bebernya saat ditemui di sela acara, Rabu (19/10).

Dalam acara tersebut sebanyak 5000 dulang dibawa oleh masyarakat setempat. Diulang itu diarak dari empat penjuru yakni timur, barat, utara dan selatan. Kemudian empat penjuru itu bertemu disatu titik yakni ditengah-tengah sebagai simbol bahwa adat tersebut menjadi pemersatu semua elmen masyarakat dan juga masyarakat.

Dikatakan Asipudin, jumlah dulang yang dibawa tersebut memiliki makna bahwa Pesona Budaya Pengadangan telah digelar sebanyak lima kali dan acara Pesona Budaya itu nantinya akan rutin dilakukan setiap tahunnya.

“Budaya Betetulaq ini juga sebagai pemersatu semua elemen masyarakat dan juga masyarakat dengan pemerintah, karena kita akan kembali kepada yang satu yakni tuhan yang Maha Esa,” ungkapnya.

Setelah arak-arakan dulang, dilanjutkan dengan pertmuan tiga tokoh yakni tokoh agama, tokoh adat dan pemerintah kemudian melakukan doa dan zikir bersama. Pertemuan tiga tokoh ini menjadi simbol bahwa di dunia manusia diatur oleh tiga hukum yakni hukum adat, hukum agama dan hukum negara.

Wakil Bupati Lombok Timur H Rumaksi sangat mengapresiasi pesona budaya tersebut dan meminta agar event budaya Pengadangan ini bisa dimasukkan dalam kalender event Provinsi dan Kalender Event Kabupaten sehingga setiap tahunnya bisa diselenggarakan.

“Kami harap event ini bisa dimasukkan dalam kalender event Parawisata baik provinsi maupun kabupaten,” pintanya.

Dalam kesempatan itu Ia meminta agar Pemerintah bisa mengambil contoh dari salah satu prosesi adat Desa Pengadangan. Dimana salah satu prosesi adat yang dilakukan ialah pengukuhan para tokoh adat baru tanpa harus menghilangkan yang lama.

“Kita diperintahan harus belajar dari masyarakat Pengadangan, agar selalu bahagia ketika ditempatkan di posisi yang mana saja, bukan malah membandingkan ini lahan basah ini lahan kering,” ucapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Lotim, Iswan Rakhmadi pesona budaya ini dinilai sangat unik dan menarik bagi wisata, sehingga pesona budaya itu dinilai menjadi salah satu daya tarik wisatawan untuk berwisata ke Lotim.

“Event ini mempunyai daya tarik tersendiri yang membuat semua orang menjadi penasaran,” ungkapnya.

Baca Juga: Cerita Warga Berau Melepas Rindu Setelah 9 Tahun Menunggu Kedatangan TGB

Disebutkannya pihaknya telah mengusulkan agar pesona budaya itu bisa dimasukkan dalam kalender event Provinsi maupun kalender event nasional. Selain itu, pesona budaya diakui menjadi salah satu event andalan di Lotim. (par)

Editor: Lalu Habib Fadli

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here