Sekda Lotim HM Juaini Taufiq saat melakukan rembuk Stunting bersama Camat, Kades dan beberapa OPD lainnya. FOTO IST/GERBANG INDONESIA

GerbangIndonesia, Lotim – Kabupaten Lombok Timur saat ini menduduki posisi keenam, dari 10 kabupaten/kota di Nusa Tenggara Barat (NTB) prevalensi Stunting. Sebelumnya Gumi Patuh Karya menduduki posisi kesembilan.

Baca Juga: Ternyata Indonesia Awalnya Bersaing dengan Meksiko dan Brazil, ITDC: Ezpeleta Pilih Mandalika

Sekretaris Daerah Lotim, HM Juaini Taufiq mengatakan, biasanya Lotim menduduki posisi kedelapan sampai posisi kesembilan untuk penanganan stunting di NTB. Sehingga dengan kenaikan posisi tersebut Sekda menilai Pemkab Lotim telah berhasil menangani stunting.

“Dengan kita menempati posisi enam, artinya kinerja masyarakat dan Pemda Lotim dalam penanganannya sudah baik,” ungkap Juaini saat ditemui seusai acara rembuk setunting di Gedung Wanita, Senin (19/9).

Disebutkannya ujung tombak penanganan stunting ialah ada di kader Posyandu. Menurutnya jika semangat para kader posyandu memberikan pelayanan dan mengajak sasaran untuk datang ke Posyandu maka kasus stunting di Lotim bisa ditekan.

Kasus stunting ini menurutnya merupakan kasus yang tidak bisa obati, akan tetapi hanya bisa dicegah, sehingga untuk mecegah kasus stunting di Lotim harus dimulai dari hulu yakni dengan memastikan para remaja yang usia pernikahan itu dalam keadaan sehat.

“Selain itu kita juga mendorong Dinas Pendidikan agar siswa yang baru tamat sekolah itu jangan sampai ada yang menikah dini. Karena itu salah satu faktor penyebab terjadinya kasus stunting ini,” jelasnya.

Sementara itu lanjut Sekda, prevalensi kasus stunting di Lotim saat ini mencapai 17,63 persen dari sebelumnya mencapai 26, persen.

“Ini tumben kita berada di bawah angka Provinsi, jadi dengan keberhasilan kita ini juga berdampak terhadap angka Provinsi. Jika Lotim masih berada di papan bawah maka angka stunting provinsi akan juga akan naik,” sebutnya.

Adapun pada tahun 2023 mendatang Pemkab Lotim optimistis untuk bisa mencapai target nasional sebesar 14 persen. Sementara pada tahun 2023 terdapat 29 desa akan dijadikan sebagai lokus untuk penurunan stunting.

Baca Juga: Cerita Warga Berau Melepas Rindu Setelah 9 Tahun Menunggu Kedatangan TGB

“Kalau Posyandu Keluarga kita sudah 100 persen,” tutup Juaini. (par)

Editor: Lalu Habib Fadli

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here